Bikari Japan – Membayangkan tinggal di Jepang sering identik dengan kehidupan modern, transportasi cepat, dan budaya kerja yang disiplin. Namun di balik itu semua, ada hal mendasar yang perlu dipahami sejak awal yaitu biaya hidup di Jepang. Banyak pekerja asing yang baru pertama kali datang merasa kaget karena pengeluaran sehari hari tidak hanya berbeda dari Indonesia tetapi juga bervariasi antar kota. Tokyo misalnya dikenal memiliki biaya yang jauh lebih tinggi dibanding kota lain seperti Fukuoka atau Hiroshima.
Menakar Realita Biaya Harian di Jepang
Langkah awal untuk memahami biaya hidup di Jepang adalah melihat perbandingan kurs yen ke rupiah. Saat ini 1 yen setara dengan kisaran 110 sampai 115 rupiah, sehingga harga kebutuhan dasar terasa cukup mahal bagi pekerja asal Indonesia. Misalnya, sekali makan di restoran sederhana bisa mencapai 500 hingga 700 yen atau sekitar 60 ribu sampai 80 ribu rupiah. Untuk menekan pengeluaran, banyak pekerja asing memilih memasak sendiri dengan belanja di supermarket lokal.
Transportasi juga menjadi faktor utama dalam pengeluaran. Harga tiket kereta dalam kota berkisar 150 hingga 300 yen sekali jalan, sementara jika Anda menggunakan jalur antar kota biaya bisa mencapai ribuan yen. Tidak heran banyak pekerja yang memilih menyewa apartemen kecil di dekat lokasi kerja agar tidak terbebani ongkos harian. Biaya sewa apartemen tipe one room di daerah pinggiran berkisar 40 ribu hingga 60 ribu yen per bulan.
Strategi Bertahan Hidup di Negeri Sakura
Setelah memahami kebutuhan dasar, tantangan berikutnya adalah menyeimbangkan gaji dengan berbagai tagihan wajib. Rata rata pekerja asing di Jepang mendapatkan gaji bulanan mulai dari 160 ribu hingga 200 ribu yen tergantung bidang pekerjaan. Dari jumlah itu, ada potongan rutin berupa pajak, asuransi kesehatan, dan iuran pensiun yang bisa mencapai 15 persen dari gaji.
Beban biaya lain yang sering luput diperhitungkan adalah tagihan listrik, gas, dan air. Untuk satu apartemen kecil, rata rata tagihan bulanan berkisar 10 ribu hingga 15 ribu yen. Pengeluaran tambahan muncul ketika musim dingin karena kebutuhan pemanas ruangan cukup tinggi. Oleh karena itu, pekerja asing perlu membuat catatan keuangan yang detail agar tidak terjebak dalam utang konsumsi.
Mereka yang serius ingin kerja di Jepang biasanya sudah menyiapkan strategi finansial sejak masih di Indonesia. Salah satunya adalah mencari informasi bimbingan online dari layanan terpercaya seperti bikarijapan.com yang membantu menyiapkan rencana karier sekaligus perencanaan biaya hidup secara realistis.
Tips Hemat dan Investasi untuk Pekerja Asing
Setelah melewati masa adaptasi, langkah selanjutnya adalah memikirkan bagaimana menjaga stabilitas finansial jangka panjang. Salah satu strategi paling efektif adalah memanfaatkan fasilitas diskon dari kartu keanggotaan supermarket atau paket transportasi bulanan. Cara sederhana ini bisa menghemat ratusan ribu yen setiap tahun.
Selain berhemat, pekerja asing juga bisa mulai menyisihkan dana untuk tabungan dan investasi. Di Jepang terdapat berbagai pilihan instrumen keuangan seperti NISA yang memungkinkan pekerja menyimpan uang dalam bentuk reksa dana dengan keuntungan bebas pajak. Tabungan kecil yang konsisten akan sangat membantu ketika kontrak kerja berakhir atau saat ingin pulang ke Indonesia dengan kondisi keuangan lebih mapan.
Bagi Anda yang berencana tinggal lebih lama, memiliki dana darurat minimal enam bulan pengeluaran bulanan akan memberikan rasa aman. Langkah ini penting karena biaya hidup di Jepang tidak selalu stabil dan bisa berubah mengikuti inflasi serta kurs yen.